Kamis, 22 Agustus 2013

Review K3 #11

Pola Pikir K3 – Mahasiswa Wajib Punya!
by Salma Nur Vita Anggraini (16213133)

Kalau kalian mendengar istilah K3, apa yang terlintas di benak kalian?
Apakah  itu tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja? Atau tentang Ketertiban, Kebersihan dan  Keindahan? Atau mungkin singkatan-singkatan lain? Atau bahkan kalian sama sekali nggak tahu apa itu K3? Kalau kalian termasuk golongan yang terakhir ini, that’s totally sucks. Harus rajin-rajin baca dong, jangan Twitter-FB-Instagraman mulu~

K3 adalah suatu pola pikir yang wajib dimiliki oleh semua mahasiswa. Sebenarnya tidak dibatasi pada mahasiswa saja, akan tetapi pola pikir K3 sangat cocok diterapkan buat mahasiswa yang sedang berada pada masa muda yang bergejolak #tsaaah. Mahasiswa yang baik adalah mahasiswa yang dapat menerapkan aspek K3 dalam kehidupannya, yaitu Kritis, Kreatif, dan Konstruktif.

Apa itu Kritis? Kritis berarti tidak mudah percaya (tapi bukan su’udzon alias berburuk sangka) dan selalu mempertanyakan segala hal untuk mengecek kebenaran yang ada.  Mahasiswa yang kritis selalu mempertanyakan apakah informasi yang diterima memang benar atau tidak. Ia selalu tajam dalam menganalisis permasalahan yang ada dan selalu berusaha menemukan kesalahan, kekeliruan, dan pokok permasalahan yang ada. Contohnya nih, seorang mahasiswa tidak serta merta menerima bahwa rumus F=m.a, namun tetap menelusuri darimana rumus ini dapat dibentuk. Mungkinkah dalam pembuatan rumus ini terjadi suatu kesalahan yang dapat menggagalkan teori rumus tersebut? Lalu adakah alternatif lain untuk membentuk rumus yang baru? Mahasiswa yang kritis dapat menghasilkan ide-ide cemerlang karena dapat mencermati informasi yang ada dan mengolahnya menjadi sesuatu yang fresh.

Apa itu Kreatif? Kreatif berarti memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Menciptakan disini tentunya bukanlah menciptakan sesuatu yang sudah ada sebelumnya, tapi sesuatu yang benar-benar orisinil. Mahasiswa yang kreatif harus berpikir out-of-the-box, tidak terikat pada hal yang lumrah di mata umum. Ia tidak membuat suatu solusi yang biasa dipikirkan oleh orang-orang pada umumnya, namun membuat solusi yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Lebih dashyatnya lagi nih kalau seorang mahasiswa memiliki helicopter view. Seorang mahasiswa harus dapat terbang dan melihat dari atas mengenai sebuah permasalahan, sehingga ia dapat melihat sebuah permasalahan bukan seperti puzzle yang terpecah belah (hanya melihat dari view tertentu) namun menjadi sesuatu yang memiliki sebuah hubungan satu sama lain. Tapi ingat, boleh saja kita berpikiran lain daripada yang lain namun harus tetap berdasarkan realita yang ada.

Nah, kritis dan kreatif juga tidak cukup bagi seorang mahasiswa. Perlu sebuah sifat lagi, yaitu Konstruktif. Konstruktif berarti dapat membangun sebuah solusi dengan runtut, baik, dan tepat sasaran bagi permasalahan yang ada. Sebuah solusi yang baik dapat dibangun dengan menganalisis permasalahan melalui 5W + 1H (What, Who, Where, When, Why, How). Solusi yang baik dapat pula dibangun melalui metode PESTEL, yaitu Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi, Environment, dan Legal.

Dari pemikiran pola K3 tersebut, solusi-solusi yang baik dapat muncul dari ide mahasiswa. Solusi yang sudah dikeluarkan pun dapat digolongkan menjadi 4 jenis. Solusi pertama adalah solusi yang sudah ada dan biasa. Solusi jenis ini merupakan solusi yang umum dipikirkan oleh khalayak dan bersifat mainstream. Solusi kedua adalah solusi yang ada namun bisa dikembangkan. Solusi jenis ini sebenarnya sudah dipikirkan, atau bahkan sudah terlaksanakan. Namun dalam kenyatanyannya, solusi ini sering mendapatkan hambatan atau memiliki kekurangan yang tidak diantisipasi oleh sang penggagagas. Solusi ketiga adalah solusi yang belum ada tapi mungkin bisa dibuat. Solusi inilah yang memang susah dicari, namun ketika ditemukan maka akan muncul ide-ide lain untuk menguatkan, bahkan merealisasikan ide tersebut. Solusi keempat adalah solusi yang belum ada dan tidak bisa dibuat. Untuk solusi jenis ini biasanya merupakan solusi konyol dan imajinatif, jadi sebagai seorang mahasiswa jangan pernah mengeluarkan solusi ini!

Dengan pola pikir K3, seorang mahasiswa dapat menghasilkan solusi jenis ketiga, yaitu solusi yang belum ada namun dapat direalisasikan. Secara kritis, ia dapat menemukan kekurangan yang dapat diperbaiki. Secara kreatif, ia dapat menemukan sebuah solusi permasalahan dari sudut pandang yang berbeda. Secara konstruktif, ia dapat menjabarkan solusi tersebut lengkap dengan bagaimana ia dapat melaksanakan solusi tersebut dan fakta apa saja yang mendukung solusi tersebut. Solusi anti mainstream inilah yang harus dikeluarkan semua mahasiswa apabila ingin menyelesaikan permasalahan yang ada, baik itu permasalahan di lingkungan perkuliahan maupun permasalahan negara yang tentunya membutuhkan ide-ide brilian untuk menyelesaikan carut marut negeri ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar