Jumat, 23 Agustus 2013

Resume Seminar OSKM 2013

By Salma Nur Vita Anggraini (16213133)

Sebagai salah satu rangkaian acara OSKM 2013, panitia OSKM 2013 beserta KM ITB mengadakan seminar OSKM 2013. Pembicaranya tentu bukan sembarangan orang, melainkan narasumber yang telah terjamin kredibilitas dan dapat menjadi inspirasi bagi semua mahasiswa baru ITB 2013. Narasumber untuk seminar OSKM kali ini adalah Menteri Perdagangan Republik Indonesia sekaligus Ketua PBSI,  Gita Wirjawan, WANADRI, Ibu Tri Mumpuni, pemberdaya listrik yang mendapatkan Ashden Awards 2012 dan Riset Indie. Dengan latar belakang yang beraneka ragam, para narasumber menyajikan materi mereka dengan isi yang berbeda-beda pula.
Seminar diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh para hadirin, yaitu mahasiswa, rektor, dan para narasumber. Selalu saja ada rasa bangga dan sensasi merinding disko ketika lagu ini dinyanyikan. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Kak Benito Reyhan selaku sekjen OSKM 2013, kak Nyoman Anjani selaku presiden KM ITB dan bapak Kadarsa selaku wakil rektor ITB. Untuk memeriahkan seminar ini, Apres ITB, unit jazz di ITB bertugas mengiringi seminar ini dengan alunan music jazz yang lembut dan santai. Tak lupa juga nih, ada moderator cantik, yaitu Kak Maria Selena, Putri Indonesia 2011 dan alumnus Sekolah Bisnis Manajemen ITB. Nah, biasanya Kak Nyoman selalu memberikan inspirasi dalam setiap sambutannya, dan lagi-lagi ia kembali menginspirasi mahasiswa baru dengan perkataannya,
“Bumi Ganesha ini adalah tempat bagi mereka yg menuntut ilmu hingga ke langit & tetap kembali ke bumi untuk memakmurkan rakyatnya.”

Narasumber 1: Bapak Gita Wirjawan
Beliau mengawali materinya dengan cerita ketika ia bersama 37 orang (atlit, pelatih dan staf) dari kontingen Indonesia saat Kejuaraan Dunia di Guangzhou, Cina. Detik-detik menjelang turnamen dimulai, pelatih bulu tangkis Indonesia, Rexy Mainaky, meminta beliau untuk memberikan motivasi kepada para pemain sebanyak 15-20 menit. Pak Gita hanya meminta waktu 2 menit untuk memotivasi mereka.
If you want it, you will get it! Semua hasil memang berada di tangan Allah, namun semuanya juga bergantung kepada seberapa besar Anda menginginkannya.”
Berhasilkah hasil motivasi beliau? Tidak main-main, beliau berhasil membuat kontingen Indonesia memenangkan medali emas ganda putra dan campuran setelah gagal memenangkan selama 6 tahun.
Beliau melanjutkan materinya mengenai perekonomian Indonesia dan perlunya pemimpin bangsa yang memiliki kearifan lokal. Apa yang diperlukan oleh negara saat ini yaitu demokrasi, pluralisme, dan kesejahteraan yang dibungkus dengan kesetaraan agar dapat diproyeksikan ke komunitas internasional. Saat ini, Indonesia merupakan negara Islam terbesar di G20, dengan perekonomian yang jumlahnya dua kali lebih besar daripada ekonomi Arab. Akan tetapi,  negara-negara Islam hanya menduduki 9% dari total QUE ekonomi dunia. Perekonomian Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki kearifan lokal untuk mengembangkan potensi daerahnya dan dapat bersaing dengan komunitas internasional.
QUE ekonomi Indonesia selama 20 tahun ke depan sebanyak 600 ribu trilyun, sebesar 60% dari total QUE. Namun, ada resiko bahwa 360 ribu trilyun tidak akan terisi dengan merah putih. Ini dikarenakan adanya budaya Indonesia yaitu budaya yang murah kenyang, yang sebenarnya merupakan budaya salah parkir. Kita harus bangga dalam berbangsa di negeri ini, bukannya terpengaruh dan ikut menjadi konsumen barang luar negeri di luar negeri
Cobalah tengok Gangnam yang berhasil menjadi daerah yang sukses. Berawal dari tahun 1920 yang menganggap bahwa orang Korea Selatan adalah orang yang malas dan bodoh, seorang tokoh bernama Park Jungki di tahun 1961 membangun perwira industri untuk industrialisasi Korea Selatan. Dasar dari kesuksesan Park Jungki membangun Gangnam menjadi saat ini adalah reformasi agrarian, yaitu melakukan diversifikasi jika telah sukses. Seorang petani sukses akan diarahkan untuk membuat HP, barang elektronik, kendaraan bermotor, dan lain-lain, sehingga lahirlah merek-merek dunia seperti Hyundai dan Samsung. Gangnam sendiri memiliki kemahiran teknologi, kesinambungan demokrasi, kekayaan budaya dan dan kemajuan ekonomi, hal-hal yang tidak dimiliki oleh Indonesia sepenuhnya.
Indonesia memiliki beberapa tantangan 2030, yaitu perlunya meningkatkan sebesar 60% dari sisi produktivitas tenaga kerja dan sustain 7% pertumbuhan ekonomi per tahun. Faktanya, negara ini terjebak dalam middle name trap, yaitu negara yang menghasilkan $5000 USD-$7000USD namun tidak dapat menggunakan teknologi. Indonesia juga memiliki mitos bahwa pertumbuhan ekonomi di hanya terjadi di Jakarta. Faktanya , realisasi investasi di luar pulau Jawa dimulai pada tahun 2009 dengan 18% di luar pulau Jawa, tahun 2010 dengan 33% di  18% di luar pulau Jawa, tahun 2011 dengan 41% di luar pulau Jawa, dan tahun 2012 sebesar 46%. Kita juga terancam akan hadirnya rasio gini (kesenjangan) yang bergerak dari angka 31 ke 41. Ini dapat diatasi dengan meningkatkan daya manusia dan industrialisasi di luar Jawa. Di bagian hilir berarti lebih padat karya dan multiplikasi produk menjadi sangat besar. Di bagian hulu hanyalah kebutuhan tenaga kerja.
Indonesia telah berkontribusi sebanyak 43% dari total ekonomi ASEAN. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan pemimpin yang bisa menjawab tantangan dan responsif terhadap permintaan masyarakat. We have to be nationalistic, but alo internationalistic. Jika tidak, maka hal ini dapat mengerosi relevansi Indonesia. Jadilah Garuda yang kreatif, terampil, berteknologi, dan memiliki semangat kebangsaan serta selalu menjunjung tinggi kearifan lokal baik di dalam maupun luar kampus. Jangan jadi Gangnam ya :D

Narasumber 2: WANADRI, oleh Indra Hidayat
Banyak fakta yang dimiliki oleh Indonesia. Banyak juga kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia seperti pesisir, sungai, laut, dan lain-lain. Indonesia pun memiliki kawasan khas yang baru dijelajahi sekitar 3-4% oleh masyarakat Indonesia itu sendiri. Suku dan kultur Indonesia pun beragam.
Akan tetapi, Indonesia pun memiliki beberapa masalah. Pertama, adanya interpretasi budaya, yaitu pengklaiman budaya oleh negara lain. Sebenarnya kita harus bangga karena budaya kitalah dan dicari. Kita harus menjadi trendsetter budaya dimana negara lain menjadi follower. Kedua, banyaknya bencana yang terjadi karena lingkungan geologis Indonesia. Ketiga, masyarakat Indonesia terlalu berorientasi pada darat, padahal Indonesia sendiri adalah negara yang didominasi dengan perairan.
WANADRI hadir sebagai sebuah organisasi dengan kegiatan menempuh rimba dan mendaki gunung. Ada 4 hal yang menjadi tujuan WANADRI, yaitu sebagai pendidikan, penjelajahan dan pengembangan ilmu pengetahuan, bakti masyarakat melalui kemanusiaan dan perlindungan alam.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar