Kamis, 22 Agustus 2013

Esai kelompok II : Kurangnya pengetahuan atas kontribusi sungai terhadap masyarakat dan lingkungan yang “dia” aliri.



Mungkin ini adalah masalah yang sangat familiar ditelinga kita. Masalah yang selalu diniliki masyarakat kelas kecil atau kelas bawah. Entah mungkin dari pendidikan, atau lingkungan, atau pun pengaruh internal yang mereka miliki.
Dari segi pendidikan, mungkin karena jenjang pendidikan terakhir yang mereka tempuh tidak terlalu dipahami dan sulit untuk diaplikasikan ke kehidupan sosial mereka. Jika kita pantau dari segi internal, Sifat yang acuh tak acuh terhadap lingkungan lebih dominan dibandingan rasa memiliki terhadap lingkungan dan sosialnya dan itu akan menyebar dan menjadi contoh untuk masyarakat lain meniru “kelakuan” yang dicontohkan. Permasalahan ini pun bisa terjadi karena sesuatu pemikiran “sempit tapi efisien dengan menghalalkan segala cara”, dan salah satu contoh permasalahannya membuang sampah pada aliran sungai supaya sampah tidak menumpuk di sekitar lingkungan mereka. Mereka tidak berpikir bahwa yang biasa dipakai untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, dan buang air, menggunakan air yang mereka cemari sendiri.
Dengan melihat gambar diatas, kelompok kami berpikir bahwa masih ada harapan untuk menyelamatkan keadaan seperti diatas dengan menumbuhkan rasa ingin menjaga dan memiliki sekitar lingkungan, berpikir logis bahwa sungai itu untuk kita manfaatkan beserta penjagaan yang berkala.
Dengan berpikiran dan menjunjung konsep K3, kami berfikir maslah utama dari gambar tersebut adalah masalah pengetahuan atas kontribusi sungai terhadap masyarakat dan lingkungan yang “dia” aliri.
Berdsasarkan masalah yang kami simpulkan, maka kelompok kami mengajukan  4 saran sebagai dasar solusi yang bisa dibuat.
1.       Solusi ini kami masukan ke kelompok solusi yang sudah biasa dilakukan. Solusinya adalah dengan membuat Sosialisasi Masyarakat dengan tema “Pentingnya Manfaat Sungai Terhadap Lingkungan dan Masyarakat.” Kenapa kami mekategorikan solusi ini ke kelompok tersebut dikarenakan ,di Indonesia contohnya, pemerintah pasti akan melakukan hal tersebut jika sudah berakibat pada musibah seperti banjir.
2.       Solusi ini kami masukan ke kelompok solusi yang ada tapi bisa dikembangkan. Kami membuat solusi ini berdasarkan aspek ekonomi, sosial, environment, dan yang pasti legal. Kami berfikir, kenapa kita tidak membuat tembok pembatas, membuat pos penjaga dan pemerikasan sungai setiap 500 m di sepanjangn sungai, dan menyarankan pemerintah untuk membuat pemukiman baru yang tempatnya bukan disekitar bantaran sungai lagi. Solusi ini mungkin bisa membuat mereka berpikir bahwa “ kenapa dulu saya menyia-nyiakan sungai yang sekarang sudah tidak bisa ku nikmati lagi”. Maka akan timbul penyesalan dalam diri mereka.
3.       Solusi yang ke 3 ini mungkin akan bersinggungan dengan aspek teknologi dan solusi ini masuk dalam kategori belum ada tapi bisa dibuat. Kami berfikir bahwa keberadaan sungai ini bisa di manfaatkan keberadaannya dengan cara membuat sebuah proyek pembuatan tempat bersantai seperti taman bantaran sungai yang bisa kita kembangkan dengan membuka lapangan kerja bagi masyarakat skitar sungai untuk menyediakan jasa “keliling dengan sampan/ perahu kecil”. Itulah solusi yang kami anggap terbaik untuk tingkatan solusi terbaik.
4.       Solusi ini bukan solusi yang paling kami tidak anjurkan karena jika kita membuat solusi ini, maka kita akan merusak aspek legal dan kemanusiaan. Solusinya yaitu, setiap ada yang mengotori, merusak, dan membiarkan sungai itu tak terawat, maka hukuman penjara seumur hidup akan diberlakukan.

Itulah diskusi yang bisa kami simpulkan dan kami harap, materi ini bisa berguna bagi semua orang. Termia kasi.


assalaamu ‘alaikum dan salam sejahtera.

Kelompok II :       1.      Jovian Augustine
                            2.      Kenan Mahesa S
                            3.      Andinia May Cahya
                            4.      Cyntia Sari Dewi
                            5.      Muhammad Rangga Brata Sena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar