oleh Afifa Husna
FTI
16713320
Hari ini OSKM 2013 menggelar seminar.
Seminar ini membahas tentang kearifan local, sesuai dengan tema OSKM 2013. Ada
empat pembicara yang hadir memberikan materinya. Masing-masing pembicara
diberikan waktu kurang lebih dua puluh lima menit.
Pembicara pertama adalah Bapak Gita
Wirjawan. Beliau membuka seminar dengan bercerita mengenai pengalamannya
mengantar dan menonton langsung pebulu tangkis Indonesia merebut 2 medali emas
di kejuaraan di Guang Zhou, Cina. Beliau berkata bahwa semua hal itu mungkin terjadi,
hanya masalah sejauh mana kita menginginkannya. “If you want it, you will get
it”, ucap beliau.
Bapak Gita Wirjawan berpendapat bahwa
pemimpin sekarang haruslah jelas mengenai demokrasi, pluralism dan pengemasan
hal-hal dengan baik. Indonesia sebagai negara Islam terbesar di dunia,
seharusnya dapat menjadi negara dengan keadaan ekonomi yang memiliki banyak
berpengaruh pada ekonomi dunia. Untuk itu kita harus lebih proaktif,
Indonesia membutuhkan para pemimpin dengan
kearifan local. Masalah yang tengah Indonesia hadapi saat ini yaitu adanya
resiko 60 persen sector ekonomi dan pemenuh konsumsi dalam negeri Indonesia
tidak terisi oleh orang Indonesia sendiri. Masyarakat sekarang cenderung lebih
memilih murah dan kenyang, sementara pola piker yang seharusnya ada adalah
‘bangga berbangsa’ dan ‘mengapa kita tidak bisa?’. Dengan banyaknya
produk-produk luar negeri yang berada di tengah-tengah masyarakat, kita
seharusnya dapat memilih dan memajukan produk local walaupun harganya biasanya
lebih mahal. Contohnya saja negara Korea yang pada awalnya merupakan negara
yang terbelakang. Setelah mengalami revolusi agrarian, masyarakat Korea memulai
industry teknologi dengan bantuan pemerintah. Pada akhirnya, usaha-usaha
tersebut mengantarkan merk-merk teknologi Korea mendunia saat ini.
Untuk itu, Indonesia perlu meningkatkan 60
persen produktivitas tenaga kerja yang dimiliki. Kita telah berada pada ‘middle
income track’ dan harus segera lepas dari titel ini. Middle income track dapat
diartikan ‘tidak berteknologi’. Kita memiliki bahan mentah tapi tidak dapat
mengolahnya menjadi bahan yang bernilai jual jauh lebih tinggi.
Pembicara kedua adalah tiga pemuda dari
Wanadri. Mereka bertiga bercerita tentang hal-hal yang telah mereka lakukan
untuk membanggakan Indonesia dengan cara mereka sendiri. Mereka memulai seminar
dengan menjelaskan betapa kayanya negara Indonesia yang kita tinggali saat ini.
Lebih dari 17.000 pulau, kekayaan laut di dalam wilayah Indonesia serta daerah
karts membuat kita seharusnya semakin mencintai negeri ini.
Beberapa masalah yang dikedepankan oleh
pembicara dari Wanadri yaitu intervensi budaya. Seharusnya kita dapat melihat
sisi positifnya, apabila ada negara lain yang mengakui kebudayaan Indonesia
seharusnya kita ikut bahagia karena budaya Indonesia sangat baik hingga negara
lain ingin memilikinya. Itu bukan hal buruk selama Indonesia sendiri tetap
membuat kebudayaan-kebudayaan baru yang lebih menarik lagi. Kegiatan lain dari
Wanadri adalah pendidikan, penjelajahan dan pengembangan ilmu pengetahuan, bakti
masyarakat dan perlindungan alam.
Kemudian pembicara ketiga adalah Ibu Tri
Mumpuni Iskandar. Beliau mengangkat tema ‘Intergritas dan Kompetensi alumni ITB
oleh kemandirian dan kesehajteraan bangsa. Integritas dan kompetensi harus
diwujudkan melalui dua aspek agar seimbang dan harmonis. Aspek pertama adalah
aspek pengetahuan atau logika. Aspek ini mencangkup cara berpikir. Aspek kedua
adalah perasaan atau empati. Kedua aspek tersebut harus memegang peranan dalam
kehidupan.
Kita harus membaca Indonesia dengan baik,
bukan membaca Indonesia untuk diri sendiri. Pada intinya, beliau meminta kami
untuk tidak dengan mudah menjual apa pun yang ada di Indonesia sementara yang
lain belum menikmatinya. Kami harus bekerja dan berusaha sebagai manusia
seimbang untuk perimpamaan settingnya.
Selain itu, beliau juga membahas tentang
kewirausahaan social. Ini memegang prinsip bahwa semua orang unik, oleh karena
itu, kami harus berkarya di bidang yang disukai dengan sebaik-baiknya. System
ekonomi saat ini tidak manusiawi. Kita dapat memikirkan alternative agar
menjadi lebih manusiawi. Langkah-langkahnya yaitu perbaikan visi pembangunan,
perubahan paradigm investasi dan pembatasan pertumbuhan usaha. Pada intinya,
beliau mengarahkan kami untuk menjadi mahasiswa dan alumni yang pro lingkungan
dan masyarakat local dan berguna pula bagi mereka.
Pembicara terakhir adalah Seherhen Akbar
selaku founder dan CEO dari riset indie. Riset indie memiliki banyak melakukan
proyek-proyek yang berguna bagi orang lain tetapi sering kali masalah yang
dibahas telat kita abaikan dari kehidupan kita. Proyek pertama adalah
melestarikan teknologi kamera polaroid. Proyek kedua adalah animatronic. Proyek
ini menyatukan mahasiswa dari teknik elektro dan seni rupa untuk menghasilkan
boneka yg dapat dikendalikan. Kadang kita tidak menyadari bahwa hal-hal kecil
jika digabungkan akan menghasilkan sesuatu yang besar. Proyek selanjutnya dan
yang termasuk kategori ‘akan datang’ adalah angkot day. Satu hari dimana
angkota trayek tersebut disewa untuk memberikan pelayanan yang baik seperti
aman, nyaman, dan tidak mengetem.Selain itu, beliau juga berpesan pada kami
untuk selalu memiliki bayangan tentang hari esok, tetapi kami nantinya akan
menyadari jika hal ini adalah penting.
Pada seminar kali ini, keempat narasumeber
memiliki persamaan. Mereka semua membuat perubahan positif secara perlahan,
gigih dan memulainya dari hal yang kecil, dari diri sendiri. Mereka sangat
menunjukkan rasa cinta tanah air dan kepedulian mereka terhadap tanah tercinta
ini. Kisah-kisah dan materi dari mereka semua sangat menginsprirasi dan membuat
kami ingat bahwa perubahan sekecil apapun lama kelamaan akan terasa karena
perubahan kecil itu akan berubah menjadi sesuatu yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar