Jumat, 23 Agustus 2013

Resume Seminar OSKM ITB 2013

oleh Afifa Husna
FTI
16713320

Hari ini OSKM 2013 menggelar seminar. Seminar ini membahas tentang kearifan local, sesuai dengan tema OSKM 2013. Ada empat pembicara yang hadir memberikan materinya. Masing-masing pembicara diberikan waktu kurang lebih dua puluh lima menit.

Pembicara pertama adalah Bapak Gita Wirjawan. Beliau membuka seminar dengan bercerita mengenai pengalamannya mengantar dan menonton langsung pebulu tangkis Indonesia merebut 2 medali emas di kejuaraan di Guang Zhou, Cina. Beliau berkata bahwa semua hal itu mungkin terjadi, hanya masalah sejauh mana kita menginginkannya. “If you want it, you will get it”, ucap beliau.

Bapak Gita Wirjawan berpendapat bahwa pemimpin sekarang haruslah jelas mengenai demokrasi, pluralism dan pengemasan hal-hal dengan baik. Indonesia sebagai negara Islam terbesar di dunia, seharusnya dapat menjadi negara dengan keadaan ekonomi yang memiliki banyak berpengaruh pada ekonomi dunia. Untuk itu kita harus lebih proaktif,

 Indonesia membutuhkan para pemimpin dengan kearifan local. Masalah yang tengah Indonesia hadapi saat ini yaitu adanya resiko 60 persen sector ekonomi dan pemenuh konsumsi dalam negeri Indonesia tidak terisi oleh orang Indonesia sendiri. Masyarakat sekarang cenderung lebih memilih murah dan kenyang, sementara pola piker yang seharusnya ada adalah ‘bangga berbangsa’ dan ‘mengapa kita tidak bisa?’. Dengan banyaknya produk-produk luar negeri yang berada di tengah-tengah masyarakat, kita seharusnya dapat memilih dan memajukan produk local walaupun harganya biasanya lebih mahal. Contohnya saja negara Korea yang pada awalnya merupakan negara yang terbelakang. Setelah mengalami revolusi agrarian, masyarakat Korea memulai industry teknologi dengan bantuan pemerintah. Pada akhirnya, usaha-usaha tersebut mengantarkan merk-merk teknologi Korea mendunia saat ini.

Untuk itu, Indonesia perlu meningkatkan 60 persen produktivitas tenaga kerja yang dimiliki. Kita telah berada pada ‘middle income track’ dan harus segera lepas dari titel ini. Middle income track dapat diartikan ‘tidak berteknologi’. Kita memiliki bahan mentah tapi tidak dapat mengolahnya menjadi bahan yang bernilai jual jauh lebih tinggi.

Pembicara kedua adalah tiga pemuda dari Wanadri. Mereka bertiga bercerita tentang hal-hal yang telah mereka lakukan untuk membanggakan Indonesia dengan cara mereka sendiri. Mereka memulai seminar dengan menjelaskan betapa kayanya negara Indonesia yang kita tinggali saat ini. Lebih dari 17.000 pulau, kekayaan laut di dalam wilayah Indonesia serta daerah karts membuat kita seharusnya semakin mencintai negeri ini.

Beberapa masalah yang dikedepankan oleh pembicara dari Wanadri yaitu intervensi budaya. Seharusnya kita dapat melihat sisi positifnya, apabila ada negara lain yang mengakui kebudayaan Indonesia seharusnya kita ikut bahagia karena budaya Indonesia sangat baik hingga negara lain ingin memilikinya. Itu bukan hal buruk selama Indonesia sendiri tetap membuat kebudayaan-kebudayaan baru yang lebih menarik lagi. Kegiatan lain dari Wanadri adalah pendidikan, penjelajahan dan pengembangan ilmu pengetahuan, bakti masyarakat dan perlindungan alam.

Kemudian pembicara ketiga adalah Ibu Tri Mumpuni Iskandar. Beliau mengangkat tema ‘Intergritas dan Kompetensi alumni ITB oleh kemandirian dan kesehajteraan bangsa. Integritas dan kompetensi harus diwujudkan melalui dua aspek agar seimbang dan harmonis. Aspek pertama adalah aspek pengetahuan atau logika. Aspek ini mencangkup cara berpikir. Aspek kedua adalah perasaan atau empati. Kedua aspek tersebut harus memegang peranan dalam kehidupan.

Kita harus membaca Indonesia dengan baik, bukan membaca Indonesia untuk diri sendiri. Pada intinya, beliau meminta kami untuk tidak dengan mudah menjual apa pun yang ada di Indonesia sementara yang lain belum menikmatinya. Kami harus bekerja dan berusaha sebagai manusia seimbang untuk perimpamaan settingnya.

Selain itu, beliau juga membahas tentang kewirausahaan social. Ini memegang prinsip bahwa semua orang unik, oleh karena itu, kami harus berkarya di bidang yang disukai dengan sebaik-baiknya. System ekonomi saat ini tidak manusiawi. Kita dapat memikirkan alternative agar menjadi lebih manusiawi. Langkah-langkahnya yaitu perbaikan visi pembangunan, perubahan paradigm investasi dan pembatasan pertumbuhan usaha. Pada intinya, beliau mengarahkan kami untuk menjadi mahasiswa dan alumni yang pro lingkungan dan masyarakat local dan berguna pula bagi mereka.

Pembicara terakhir adalah Seherhen Akbar selaku founder dan CEO dari riset indie. Riset indie memiliki banyak melakukan proyek-proyek yang berguna bagi orang lain tetapi sering kali masalah yang dibahas telat kita abaikan dari kehidupan kita. Proyek pertama adalah melestarikan teknologi kamera polaroid. Proyek kedua adalah animatronic. Proyek ini menyatukan mahasiswa dari teknik elektro dan seni rupa untuk menghasilkan boneka yg dapat dikendalikan. Kadang kita tidak menyadari bahwa hal-hal kecil jika digabungkan akan menghasilkan sesuatu yang besar. Proyek selanjutnya dan yang termasuk kategori ‘akan datang’ adalah angkot day. Satu hari dimana angkota trayek tersebut disewa untuk memberikan pelayanan yang baik seperti aman, nyaman, dan tidak mengetem.Selain itu, beliau juga berpesan pada kami untuk selalu memiliki bayangan tentang hari esok, tetapi kami nantinya akan menyadari jika hal ini adalah penting.

Pada seminar kali ini, keempat narasumeber memiliki persamaan. Mereka semua membuat perubahan positif secara perlahan, gigih dan memulainya dari hal yang kecil, dari diri sendiri. Mereka sangat menunjukkan rasa cinta tanah air dan kepedulian mereka terhadap tanah tercinta ini. Kisah-kisah dan materi dari mereka semua sangat menginsprirasi dan membuat kami ingat bahwa perubahan sekecil apapun lama kelamaan akan terasa karena perubahan kecil itu akan berubah menjadi sesuatu yang besar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar